1. Disco Drone Parrot
Disco
Drone Parrot adalah proyek yang menarik: cepat, cerdas,
drone ultra-ringan dengan sekitar 45 menit dari waktu penerbangan. Ini akan
menjadi yang pertama "siap terbang" drone berbentuk sayap, dan setiap
orang pertama dapat dengan mudah percontohan. Hanya me-mount sayap untuk tubuh
dan membuangnya di udara. Tidak ada keterampilan piloting diperlukan.
Ini benar-benar sebuah drone: terhubung ke
ekosistem Bayan melalui Wi-Fi dan Anda pilot itu dengan Skycontroller atau
aplikasi Rencana Penerbangan menggunakan GPS tertanam untuk titik arah.
Disco mewarisi 3-axis stabilisasi digital
kamera drone Bebop. Drone ini lepas landas dan mendarat secara otomatis untuk
pengalaman pengguna benar-benar baru dan lembut, pendaratan yang aman.
Selain itu, baru "Autopilot" mode
meniru sensasi penerbangan dari pilot berpengalaman. Kami sedang merancang
sistem piloting benar-benar inovatif berdasarkan kontrol dibantu: komputer
mengendalikan pesawat tanpa awak dan pilot bisa bermain dengan lapangan tanpa
risiko manuver buruk atau kios.
Pada setiap saat, Disco bisa masuk ke
"berkeliaran" mode dan orbit sekitar tempat tujuan. Kompatibel dengan
kacamata mendalam (FPV), terbang Disco akan membuat Anda merasa seperti elang
dengan kecepatan luar biasa dan presisi.
2. Kamera
360 Derajat
Pada ajang tahunan Google I/O 2015, raksasa internet itu mengumumkan sebuah
kamera unik yang bisa memotret 360 derajat. Mereka merancangnya bersama GoPro
dengan 16 unit kamera aksi yang dijahit menjadi satu.
Kamera 360 Derajat yang
memiliki nama Array tersebut bukan kamera biasa.Google membuatnya sebagai bagian dari platform Jump yang
berfungsi sebagai untuk menciptakan dan membagikan konten virtual reality (VR).
Melalui platform
tersebut, hasil jepretan masing-masing kamera Array dapat menyatu tanpa
memunculkan frame di setiap foto. Video tiga dimensi yang dibuat menggunakan
kamera ini bisa disaksikan melalui tautan ini.
Seperti dikutip
KompasTekno dari Recode, Jumat (29/5/2015), hasil jepretan kamera Array juga
bisa disaksikan melalui Cardboard. Alat yang dimaksud adalah headset VR
termurah yang dijual 20 dollar AS atau sekitar Rp 260.000.
Vice President of
Product Management Google Clay Bavor sempat mengatakan
bahwa mereka saat ini sudah mendistribusikan lebih dari satu juta unit
Cardboard, terhitung sejak peluncuran pertamanya.
Keberadaan Cardboard
yang murah dan kamera Array ini diprediksi jadi tantangan berat untuk sistem VR
dari Facebook yang membutuhkan komputer dengan spesifikasi tinggi.
Menurut GoPro, kamera
Array hanya akan tersedia untuk para kreator konten YouTube selama 6 bulan ke
depan. Ketersediaan ini merupakan bagian dari early access program mereka dan
belum tersedia untuk publik.
3. Layar
OLED
Layar OLED merupakan
salah satu jenis layar yang mempunyai beberapa keunggulan, seperti halnya LED
screen. Selain hemat energi dan kualitas gambar yang mampu ditampilkan juga
sangat bagus, layar ini juga mempunyai ukuran yang lebih tipis dibandingkan
layar tipe lainnya. Bahkan, LG berhasil membuat layar OLED yang dapat ditekuk,
dilipat bahkan digulung.
LG dan Samsung sendiri dikabarkan juga mencapai kata
kesepakatan untuk kerjasama pengembangan layar OLED. Mereka bahkan
menggabungkan modal untuk tujuan pengembangan layar canggih ini untuk dua
hingga tiga tahun ke depan. Jumlah modal yang dikucurkan dua perusahaan raksasa
ini mencapai US$ 12,8 triliun.
Apple juga dikabarkan bergabung dengan dua perusahaan tersebut
untuk kerjasama ini. Apple tidak ikut dalam proses pengembangan akan tetapi, Aplle hanya akan menjadi investor dana
dari proyek ini. Tentunya, bergabungnya 3 perusahaan besar ini akan memberikan
keuntungan bagi pengembangan layar canggih ini. Mungkin saja, dalam beberapa
tahun ke depan, akan ada lebih banyak gadget yang menggunakan layar OLED untuk
layar utamanya.
Ketertarikan Apple ini sangat beralasan, karena seperti
rumor yang sudah beredar, produsen ponsel ini ingin membuat gadget yang lebih
ringkas. Hal ini sudah terlihat dari rumor penggunaan Lighting Port dan
penghilangan port 3,5 mm untuk headphone pada produk terbaru mereka. Usaha ini
dilakukan untuk membuat iPhone yang lebih tipis.
Dengan menggunakan layar OLED, yang memang terkenal
tipis, maka ukuran dari produk-produk terbaru mereka nantinya juga akan dapat
lebih diringkas. Ditambah lagi, kualitas gambar yang dihasilkan juga sangat
bagus, yang tentunya tidak akan mengurangi kualitas dari tampilan gadget Apple.
4. Virtual Reality (VR)
Virtual Reality (VR) atau realitas maya adalah
teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang
disimulasikan oleh komputer (computer-simulated environment), suatu lingkungan
sebenarnya yang ditiru atau benar-benar suatu lingkungan yang hanya ada dalam
imaginasi.
Lingkungan Virtual Reality terkini
umumnya menyajikan pengalaman visual, yang ditampilkan pada sebuah layar
komputer atau melalui sebuah penampil stereokopik (Gear), tapi beberapa
simulasi mengikutsertakan tambahan informasi hasil pengindraan, seperti suara
melalui speaker atauheadphone.
Kecanggihannya lah yang membuat Virtual
Reality menjadi sebuah teknologi yang digandrungi oleh banyak orang, khususnya
anak muda. Pasalnya hingga saat ini para pengembang VR masih menitik beratkan
pengembanganya untuk kegunaan entertainment seperti game.
Asal istilah Virtual Reality
tidak-pasti. Pengembang realitas maya Jaron Lanier mengakui bahwa ia
menggunakan istilah itu pertama kali. Suatu istilah terkait digunakan oleh oleh
Myron Krueger, “kenyataan tiruan”, telah digunakan sejak 1970s. Konsep tentang
realitas maya telah dipopulerkan media masa melalui film seperti Brainstorm dan
Lawnmower man.
Evolusi
teknologi komputer berikutnya adalah implementasi VR dan augmented reality (AR)
dalam keseharian. VR adalah situasi ketika penglihatan seseorang diselimut
dengan pemandangan ciptaan komputer, sedangkan AR berarti seseorang bisa
melihat dunia nyata namun juga bisa menyematkan objek virtual ke dalam
pandangannya.